Denny JA: “Blunder Berkali-kali, Jokowi Bukan Pemimpin yang Kuat”

Jokowi-Berkali-kali Blunder, Jokowi bukan pemimpin yang kuat-jpeg.image
Joko Widodo

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Sebulan memerintah, Jokowi sudah berkali-kali melakukan tindakan blunder. Menurut pendiri Lembaga Survei Indonesia LSI), Denny JA, ini menunjukkan sesungguhnya Jokowi bukanlah strong leader (pemimpin yang kuat). Melalui akun twitternya, @DennyJA_WORLD, ia menyoroti beberapa tindakan dan keputusan presiden, termasuk pemilihan jaksa agung dari partai politik.

Berikut isi kultwitnya, dikutip dari Republika Online, Jumat (21/11):

1) Ada apa dengan Jokowi? Belum 100 hari pemerintahannya, ia sudah membuat empat blunder.

2) Blunder keempat: penunjukan Jaksa Agung berasal dari partai politik. Puncak tertinggi penegakan hukum tak membuat publik nyaman.3) Penunjukan jaksa agung ini dapat menjauhkan Jokowi dari pendukung utamanya: aneka civil society yg sangat concern dgn penegakan hukum.

4) Blunder ketiga adalah saat menaikkan harga BBM dalam waktu yang tidak tepat. Saat ini harga minyak dunia justru turun. 5) Blunder BBM ini menjauhkan Jokowi dari pendukung tradisionalnya: wong cilik.

6) Dari Pilpres Juli lalu, karena wong cilik ini Jokowi menang tipis atas Prabowo. Kini sebagian wong cilik mulai menjauh dari Jokowi. 7) Blunder kedua adalah ketika Jokowi menjanjikan kabinet “non-transaksional, the dream team.” Publik sangat merindukannya terwujud.

8) Yang terjadi, kabinet “as usual”, penuh dengan transaksi dan kompromi. Banyak yg bukan “the right person in the right place.” 9) Blunder pertama adalah janji membentuk kabinet ramping. Cukup lihat di google mengenai janji kampanye itu.

Baca Juga

10) Publik sudah membayangkan reformasi yg akan dilakukan Jokowi atas jumlah kementerian, membuatnya lebih ringkas dan efektif. 11) Yang terjadi kembali kabinet “as usual” yang sama banyaknya dengan kabinet presiden SBY. Beda antara janji dan realisasi.

Atas dasar itu, ia menyebut Jokowi tak mengesankan sebagai pemimpin yang kuat. Berikut isi kultwitnya:

12) Dengan 4 blunder sebelum 100 hari, Jokowi tidak mengesankan sbg seorang strong leader. 13) Padahal seorang strong leader itu yang diharapkan publik lahir dari hasil akhir pilpres 2014.

14) Dua ciri strong leader yang luput dari Jokowi di sebelum 100 hari pertamanya. Pertama, ia harus punya core philosophy. 15) Seorang strong leader harus memiliki prinsip politik yang kokoh. Prinsip itu menjadi haluan yang ia janjikan ketika kampanye.

16) Core philosophy itu tergambar dari satu kata antara janji dan tindakan, kata dan perbuatan. 17) Empat blunder Jokowi itu justru menunjukkan, di antaranya, tidak satunya janji dan realisasi, tak satunya kata dan perbuatan.

18) Ciri kedua strong leader adalah ia tidak tunduk pada tekanan, dgn mengorbankan prinsip politiknya. Ia bahkan mampu menambah dukungan. 19) Semakin banyak pendukung akan semakin kuat ia selaku pemimpin politik. Yang terjadi, dukungan terhadap Jokowi semakin lemah. (ROL)

salam-online

Baca Juga