Resmikan Patung Presiden RI ke-4, Ahok: “Gus Dur Seperti Dewa”

Ahok turut resmikan patung Gus Dur-2-jpeg.imageJAKARTA (SALAM-ONLINE): Patung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur semasa kecil diresmikan di Taman Amir Hamzah, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat,  Sabtu (25/4).

Peresmian tersebut dilakukan bersama-sama dengan membuka selubung kain oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Sinta Nuriyah Wahid, Ketua Wahid Institute Yenny Wahid.

Patung yang digagas oleh Komodo Dragon Foundation ini digambarkan tengah membaca buku, berbobot 400 kilogram, dengan tinggi 1,2 meter di atas penyangga berbahan batu candi, dari bahan perunggu, dan dibuat oleh seniman instalasi Yani Mariani Sastranegara.

Taman Amir Hamzah dipilih karena mempunyai sejarah mengingat Gus Dur kecil sering bermain bola karena lokasinya yang dekat dengan rumah kakeknya, KH Hasyim Asyari yang kini menjadi Kantor Wahid Institute.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama (Ahok) dalam kesempatan ini, mengatakan, bagi warga keturunan Tionghoa, sosok Gus Dur itu sudah seperti dewa.

“Saya rasa kalau orang Tionghoa menganggap Gus Dur itu seperti Ceng Ho, kayak dewa,” kata Ahok.

Dalam pandangan Ahok, sosok Gus Dur sangat menginspirasi, terutama pada sekitar awal 2000 saat dimana muncul ketidaksukaan terhadap etnis Cina. Pada akhir Orde Lama menyusul Orde Baru berkuasa, ada “kebiasaan” memakai “nama Indonesia” bagi warga keturunan Cina Indonesia.

Pada masa pemerintahan kolonialis, etnis Cina di Indonesia dimukimkan dalam permukiman tersendiri dan Belanda mengangkat seorang kapiten Cina sebagai kepanjangan tangannya.

“Cuma dia presiden yang ngaku kalau dia keturunan Tionghoa. Waktu dulu saya mau jadi gubernur saudara saya bilang tidak tahu malu, sepupu saya saja bilang begitu itu si ‘koko’ Ahok tidak tahu diri. Tapi dia tidak tahu Gus Dur sudah bisik-bisik sama saya, kamu bisa jadi gubernur,” cerita Ahok.

Ahok adalah gubernur pertama di Jakarta yang berlatar keturunan Cina dan bukan pemeluk agama mayoritas Indonesia, Islam. Dia semula wakil gubernur dan kemudian naik ke posisi gubernur sejalan terpilihnya Joko Widodo (Gubernur DKI saat itu) ke kursi kepresidenan.

Baca Juga

Gus Dur juga, ujar Ahok, yang memberi semangat luar biasa dan membuat dirinya berani.

“Kita terima kasih kepada Yayasan Komodo Dragon yang membuat patung Gus Dur Ini karena ini menginsiprasi. Bahwa di republik ini dengan berdasarkan konstitusi kita siapa pun bisa jadi presiden dan gubernur, bupati walikota dan UU kita itu menjamin,” katanya.

Ahok juga mengaku dia bisa menjadi sosok seperti sekarang ini karena ketularan Gus Dur.

“Jadi kadang-kadang kalau kita ikut jejak Gus Dur ngomong apa-adanya, maka pasti ada risiko dimakzulkan, jadi saya ikut Gus Dur saja,” tambah Ahok.

Ia berharap di Indonesia bisa lahir tokoh-tokoh lainnya seperti Gus Dur lagi, baik yang dari Muslim maupun agama lain.

Pada 2000, Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14/1967 yang dikeluarkan oleh rezim Orde Baru. Pencabutan Inpres itu membawa angin segar bagi masyarakat keturunan Cina.

Berlanjut pada 2001, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001, Gus Dur meresmikan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur fakultatif, yang boleh dirayakan bagi pemeluknya saja.

Sumber: Antara

Baca Juga