Perlakuan yang Menyakitkan, Pekerja Muslim Malawi Dilarang Berpuasa

Malawi Ramadan Challenges Muslim Employees-jpeg.image
Malawi Ramadan Challenges Muslim Employees

LILONGWE (SALAM-ONLINE): Beginilah nasib minoritas Muslim di sebuah negara. Puluhan Muslim di Malawi mengeluhkan perlakuan kasar majikan Kristen mereka di bulan suci Ramadhan. Negara minoritas Muslim itu dinilai telah “merendahkan” Islam dan kaum Muslimin.

“Bulan Ramadhan bagi kebanyakan Muslim yang bekerja untuk majikan Kristen adalah pengalaman yang menyakitkan. Bos kami, karena mereka tidak memahami pentingnya puasa untuk Muslim, maka Muslim kerap mengalami perlakuan kasar, yang membuat puasa lebih berat,” ungkap Salim Ibrahim, tukang kebun di kota Blantyre, kepada OnIslam.net, Sabtu (27/6).

“Sebagian besar umat Islam yang bekerja untuk majikan Kristen bahkan tidak berani untuk berpuasa, karena perlakuan yang mereka terima,” ujarnya.

Menurut Ibrahim, umat Islam meminta para pemimpin Muslim untuk menyadarkan komunitas Kristen pada isu-isu ke-Islam-an. Ibadah Ramadhan adalah salah satu pilar paling penting dari Islam, karenanya setiap Muslim berhak untuk melaksanakannya.

“Sebagian kalangan Kristen menganggap puasa selama bulan Ramadhan itu adalah buang-buang waktu. Mereka tidak melihat maknanya. Saat Ramadhan bagi kebanyakan dari kami bekerja untuk orang-orang Kristen itu adalah waktu yang sulit,” kata Ibrahim.

“Sikap ini mengolok-olok kebebasan beribadah yang digembar-gemborkan di negeri ini. Ramadhan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan umat Islam. Karena itu, umat Islam dalam bekerja pada Ramadhan bisa mendapatkan perlakuan semestinya.”

Wawancara yang dilakukan terhadap umat Islam yang bekerja untuk majikan Kristen di tiga kota besar di negara itu mengungkapkan bahwa bagi sebagian besar dari mereka, bulan Ramadhan adalah yang paling sulit untuk bekerja pada orang-orang Kristen.

“Ada beberapa orang Kristen di negeri ini yang sangat percaya bahwa Islam adalah agama yang rendah, karena itu mereka menganggap memuliakan Ramadhan itu ‘sesuatu yang kurang penting’,” kata Ibrahim.

Imran Daudi, yang bekerja sebagai juru masak untuk keluarga Kristen di kota Lilongwe mengatakan bosnya bahkan melarang dia untuk berpuasa.

Baca Juga

“Mereka memberitahu saya untuk memilih antara puasa dan pekerjaan. Karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan, saya terpaksa tidak puasa. Tapi ini sangat bertentangan dengan hati nurani saya,” kata Daudi kepada OnIslam.net.

Ia meminta otoritas Muslim di negara itu untuk menyelidiki pelanggaran kebebasan beribadah yang dialami Muslim selama bulan Ramadhan.

“Kami dikenal sebagai bangsa yang takut kepada Allah, dimana kebebasan beribadah tidak bisa ditawar. Tapi, apa ini? Apakah hanya Kristen satu-satunya yang memiliki otoritas atas kebebasan ini?” tanyanya.

Wawancara acak dengan beberapa pengusaha Kristen di kota itu mengungkapkan pengakuan menyedihkan. Sebagian besar pengusaha menyatakan bahwa Islam adalah “agama kecil untuk diberikan banyak perhatian”.

Paul Chidothi adalah salah satu pengusaha Kristen di Blantyre yang mengatakan sulit baginya untuk menghargai Muslim yang berpuasa Ramadhan.

“Sebagian besar dari kita dibesarkan percaya bahwa Kristen lebih unggul dibanding Islam. Oleh karena itu, untuk menghargai Ramadhan adalah sulit bagi kebanyakan dari kita. Hal ini seperti kita memuliakan sesuatu yang kurang penting,” celoteh Chidothi, seorang Katolik yang taat, kepada OnIslam.net.

Republik Malawi, adalah sebuah negara sekuler yang terdapat di daratan Afrika bagian selatan. Malawi berbatasan dengan Tanzania di sebelah utara, Zambia di barat laut, dan Mozambik di timur, selatan dan barat.

Di Malawi, seperti disebut dalam Wikipedia, Islam adalah agama kedua (12,8%) setelah Kristen dari sekitar 16 juta penduduk negara ini pada 2013, menurut Bank Dunia. (mus/salamonline)

Sumber: Onislam.net

Baca Juga