Muktamar NU ke-33: Pertarungan antara ‘NU Garis Lurus’ dengan ‘NU Liberal’

–Oleh: USTADZ MUNIR SOKHEH–

NU-logo bendera-jpeg.imageSALAM-ONLINE: Muktamar Jami’iyyah NU dihelat pada 1 – 5 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur. Tema besar yang akan diusung adalah “Islam Nusantara”. Nampaknya beberapa nama akan meramaikan bursa calon ketua umum. Tentunya setiap calon memiliki klaim pendukung masing-masing.

Dengan mencermati Muktamar yang digelar awal Agustus ini, nampaknya aroma-aroma yang tidak sedap sudah tercium di dalam muktamar.

Muktamar NU akan dijadikan permainan oleh sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka akan memanipulasi NU dan membawanya ke luar jalan yang semestinya sebagaimana telah ditempuh oleh KH Hasyim Asy’ari. Tanda-tanda yang kurang baik dari muktamar ini telah terlihat dari pra pelaksanaaan yang terjadwal, di antaranya:

  1. Mendatangkan para Musisi Band kondang. Ini sama sekali tidak cocok dengan kultur NU yang dikenal suka mengikuti perilaku Salaf. Dan hal ini jelas-jelas sudah di luar ranah syariat. Kita baru mendengar pelaksanaan muktamar NU diisi dengan pra kegiatan seperti itu. Dari sini tampak jelas bahwa Muktamar NU kali ini akan membawa arah jam’iyyah NU ke arah yang tidak jelas dan menyeret ke Mainstream yang kontra Salaf.
  2. Muktamar mengusung tema “Islam Nusantara”. Tema ini tampaknya dipaksa-paksakan agar bisa diterima dalam konteks kekinian. “Islam Nusantara” yang akan dijadikan materi dalam muktamar tak lain adalah usaha dari para elit NU dari kalangan “Kiai Pembelot”, walaupun ide tema ini telah mendapatkan reaksi keras dari Para “Kiai NU Garis Lurus”. Dan, tema “Islam Nusantara”, kalau ternyata didukung penuh oleh muktamar, maka sudah bisa diprediksikan NU ke depan akan kehilangan jati dirinya. NU tidak akan lagi menjadi NU Aswaja, tapi akan menjadi NU Liberal dan pro-Syiah, dan lain-lain. Mereka sengaja memanipulasi NU dan tidak ada yang bisa merusak NU kecuali dari dalam tubuh NU sendiri. Warga Nahdliyin akan diseret kepada kebencian terhadap Arab dan hal-hal yang berbau Arab. Umat Islam akan dikucilkan dari Arabisme, sehingga pada akhirnya hilanglah syariat Islam dan sunnah-sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah kehidupan umat Islam.
  3. Usaha pencalonan kembali Kiai Said Aqil Siradj oleh pendukung-pendukungnya. Figur seperti Said Aqil sudah jelas-jelas tidak membawa manfaat bagi NU selama kepemimpinannya, bahkan telah membawa mudharat bagi NU selama ini, namun masih diberi peluang untuk tampil kembali. Umat Nahdliyin harus sadar dan insaf, tidak boleh terperosok ke dalam lubang dua kali. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ لا يلذغ المؤمن من جحر مرتين .” Artinya, “Seseorang mukmin tidak boleh tersengat dua kali dalam satu lubang.” Tapi sebagian warga nahdliyin nampaknya tak mau merenung dan mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman peristiwa yang terjadi. Mata, telinga dan hati sudah tak mampu lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Nasihat dan fatwa ulama shalih yang semestinya menjadi panutan nyatanya malah berubah menjadi ocehan dan celaan oleh sebagian elit NU. Akankah NU hancur oleh elitnya sendiri yang telah bernafsu sejak lama ingin menjualnya kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya?
Baca Juga

Untuk mengembalikan NU dari khittahnya, memurnikan kembali ajaran-ajaran Aswaja sebagaimana tuntunan KH Hasyim Asy’ari, maka sosok seperti KH Idrus Ramli adalah sangat pantas untuk memimpin NU. Dan memang, sudah saatnya Kiai Idrus diperjuangkan oleh para Habaib, Kiai Struktural dan Kultural dari kalangan ‘NU Garis Lurus’ agar NU selamat dan tetap tegak dan tegar berkibar di atas panji-panji “لا اله الا الله محمد رسول الله

Kiai Idrus adalah sosok calon Ketum NU yang sudah jelas punya platform dan misi penegakan dan pemurnian serta pelestarian ajaran-ajaran Aswaja NU. Walhasil arena muktamar NU ini betul-betul merupakan pertarungan antara haq dengan batil.

-Penulis adalah Pengajar di Pesantren Darul ihya’, Bangil, Jawa Timur

Baca Juga