Jokowi Akui Sulit Bebaskan WNI yang Disandera Kelompok Abu Sayyaf

Jokowi
Joko Widodo

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui, sulit membebaskan warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di wilayah Filipina.

Pernyataan Jokowi ini sekaligus merespons soal uang tebusan yang kemungkinan dibayar oleh pihak perusahaan asal para WNI itu bekerja.

Namun Jokowi tak menjelaskan apakah setuju atau tidak dengan upaya-upaya perusahaan tersebut.

“Kita tidak pernah berkompromi dengan hal-hal yang seperti itu. Tidak ada urusan dengan uang atau tebusan,” ujar Jokowi kepada wartawan di Istana Negara, Selasa (26/4).

Jokowi memastikan pemerintah ingin agar sandera segera dibebaskan, namun situasinya tidak mudah. Terutama karena lokasinya berada di Negara Filipina.

Baca Juga

“Kalau kita mau masuk ke sana harus ada izin, kalau kita mau gunakan TNI kita juga harus izin. Pemerintah Filipina pun harus mendapat persetujuan dari parlemen. Ini yang memang sangat menyulitkan kita,” ungkap Jokowi.

“Ada dua (upaya) yang kita lakukan. Komunikasi dengan pemerintah Filipina, juga dengan jaringan yang kita punyai,” imbuhnya.

Menurut Jokowi, upaya negosiasi masih terus dilakukan, termasuk komunikasi pemerintah Indonesia dengan pihak penyandera. Namun, kata Jokowi, situasinya tidak mudah.

KelompokXAbuXSayyaf
Kelompok Abu Sayyaf

“Ya kita kan sulit, kamu harus ngerti yang lain 6 bulan aja belum beres, ada yang 8 bulan juga belum beres, malah kemarin ada yang sudah dieksekusi. Tidak segampang itu, jangan memudahkan persoalan. Ini persoalan yang tidak mudah,” akunya. (Tribunnews)

Baca Juga