Dalam Seminggu Warga Desa di Tepi Barat Palestina Hanya Dapatkan Dua Jam Kucuran Air

palestina-warga-palestina-kekurangan-pasokan-airRAMALLAH (SALAM-ONLINE): Enas Taha, warga Desa Kafr al-Deek, di Tepi Barat, Palestina, pasrah. Sejak Juni lalu, pemerintah kota hanya mampu memasok air selama dua jam dalam satu minggu.

“Krisis air bermula sejak Juni. Saya menyimak ramalan cuaca setiap hari. Diumumkan akan ada hujan tiga minggu yang lalu, tapi belum ada turun hujan. Satu-satunya hal yang dapat saya lakukan adalah berdoa kepada Allah,” kata Taha seperti dilansir Aljazeera, Senin (24/10).

Banyak masyarakat di Tepi Barat menghadapi masalah yang sama, yaitu kekurangan air yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Di wilayah Salfit, Jenin dan Hebron bahkan beberapa desa selama 40 hari berturut-turut air tidak mengalir.

Pada pertengahan Juli lalu, warga di daerah Betlehem melancarkan aksi protes terkait kurangnya air. Aksi tersebut memicu bentrokan antara pemuda Palestina dan pasukan penjajah Zionis “Israel”.

“Ini adalah situasi yang sangat menegangkan. Saya harus mempertimbangkan dan memprioritaskan setiap tetes air yang saya gunakan. Kami memiliki tidak cukup air untuk minum, masak dan mandi. Kadang saya tidak mencuci dan membersihkan rumah selama berminggu-minggu. Ini melelahkan,” ungkap Taha.

Sejumlah warga Palestina bergurau bahwa petugas tagihan rekening air datang ke rumah mereka lebih sering daripada air itu sendiri. Permintaan pasokan meningkat, biaya air minum terus meroket. Beberapa keluarga menghabiskan sampai 30 persen pendapatan mereka yang terbatas hanya untuk membeli air.

Penjajah “Israel” menerapkan aturan mengurangi pasokan air di setiap musim panas. Tetapi tahun ini, pengurangan jatah air itu mencapai puncaknya dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Penjajah “Israel” menerapkan kebijakan pemotongan air setiap musim panas, tapi tahun ini, mencapai puncak belum pernah terjadi sebelumnya. Pada awal Juni, perusahaan air Israel Mekorot memberitahu Palestina Air Authority (PWA) dari pemotongan pasokan musim panas dengan total lebih dari 50 persen – dan luka, sementara tidak sedramatis, tetap berlaku hari ini, lebih dari satu bulan setelah akhir resmi musim panas .

Baca Juga

Pada awal Juni, perusahaan air penjajah, “Mekorot”, memberitahu Otoritas Sumber Daya Air Palestina (PWA) mengenai pengurangan pasokan air di musim panas sebanyak lebih dari 50 persen. Namun, pengurangan tetap dilakukan lebih dari satu bulan setelah musim panas berakhir.

“Kami melakukan kontak dengan ‘Mekorot’ untuk menemukan solusi, tapi mereka terus memberikan alasan yang berbeda, misalnya peningkatan permintaan, suhu dan lainnya,” ujar Direktur PWA, Deeb Abdelghafour kepada Aljazeera.

Menurutnya, warga Tepi Barat telah menghadapi kekurangan air selama beberapa dekade dengan alasan yang tidak masuk akal. Kekurangan air tidak disebabkan oleh kekeringan alam, tetapi karena perbuatan manusia, yaitu kontrol “Israel” atas sumber daya air di wilayah Palestina.

Para pejabat penjajah menyatakan, sumber daya air dibagi antara warga Palestina dengan warga “Israel” yang menduduki wilayah Palestina. Coordinator of Government Activities in the Territories, unit militer “Israel”, menyatakan penjajah itu memberikan 64 juta meter kubik air untuk Palestina setiap tahunnya.

Perbedaan jelas terlihat antara pemukim ilegal “Israel” dengan rumah-rumah warga Palestina. “Israel” memiliki kebun dan taman yang rimbun dengan kolam renang, sementara lingkungan warga Palestina tampak gersang karena tidak terhubung ke jaringan air nasional. Hanya mengandalkan persediaan air tanah. (EZ/salam-online)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga