Khutbah Idul Fitri 1433 H: Katakan kepada Penguasa Zalim Itu, Kembalilah ke Jalan Islam!

اَلسَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَر

اَللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا، وَالْحَمْدُلله ِكَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَاَصِيْلاَ

لآاِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهْ، وَنَصَرَعَبْدَهْ، وَاَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهْ

لآاِلَهَ اِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهْ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْن

لآاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَالله ُاَكْبَرْ. اَلله ُاَكْبَرْ وَلله ِالْحَمْد

نَحْمَدُالله حَقَّ حَمْدَهْ، وَنَشْكُرُهُ حَقَّ شُكْرَهْ

اَشْهَدُاَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهْ

وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهْ

فَيَاعِبَادَالله، اُصِيْكُمْ وَاِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَالله وَطَاعَتِهْ

بِتَقْوَالله وَطَاعَتِهْ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd!

Kaum Muslimin yang Berbahagia…

Setelah bersyukur kepada Allah, tak lupa kita sampaikan salam dan shalawat kepada pemimpin kita, Nabi dan Rasul terakhir pilihan Allah, Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau. Semoga kita semua mendapat syafaat dan bertemu dengan beliau dan para sahabat di surga Allah kelak.

Di hari fitri ini kita berkumpul memenuhi lapangan dan jalan-jalan, menggelorakan takbir, tahmid dan tasbih. Allah Maha Besar, selain Dia, kecil. Segala puji hanya milik Allah. Maha Suci Allah. Allah adalah tempat bergantung hidup-mati kita. Tak ada ilah (yang diabdi) kecuali Dia. Sungguh makhluk-makhluk ciptaan-Nya sangat bergantung dan dalam kendali kekuasaan-Nya.

Allah Menciptakan makhluk, termasuk manusia. Lalu diturunkannya pula seperangkat sistem dan aturan untuk manusia itu, agar kehidupan di atas bumi ini berjalan tertib, sesuai dengan aturan yang Dia turunkan. Tetapi alangkah buruknya makhluk bernama manusia itu. Banyak dari mereka membuat sistem dan aturan baru, menafikan sistem dan aturan yang sudah sempurna yang Allah peruntukkan bagi manusia.

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan ad-Din (sistem hidup)mu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai ad-Din (sistem hidupmu…,” (QS al-Maidah: 3).

Pernyataan yang Allah tegaskan itu mestinya membuat kita tahu  diri untuk tidak lagi menciptakan sistem dan way of life baru, karena Islam ini sudah sempurna. Tak ada yang dapat melebihi kesempurnaan Islam, sebab sistem ini diciptakan oleh Yang Maha Sempurna.

“Al-Islam Ya’lu walaa yu’la ‘alaihi” (Islam itu tinggi, tak ada yang bisa melebihinya).

Sesungguhnya ad-Din (Islam) yang sempurna ini merupakan sebuah kenikmatan yang Allah berikan kepada umat manusia. Sungguh nikmat, Allah telah sempurnakan ad-Din ini, sehingga kita tak usah repot-repot lagi harus membuat sistem dan aturan main untuk hidup di dunia ini.

Karena sudah sempurnanya ad-Din ini, maka tak ada alasan lagi untuk kita membuat sistem dan jalan hidup yang baru. Maka, Allah pun melarang kita untuk mencari-cari lagi ad-Din yang baru.

“Barang siapa di antara manusia yang (masih) mencari ad-Din (pandangan hidup, sistem hidup) selain Islam, dia tertolak, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi,” (QS Ali-Imran: 85).

“Sesungguhnya ad-Din (yang di-ridhai) di sisi Allah hanyalah Islam,” (QS Ali-Imraan: 19).

Tetapi sayangnya, banyak manusia yang sok tahu, sehingga membuat hukum, Undang-Undang dan aturan baru.

“…Hukum (aturan) itu hanyalah milik Allah…,” (QS Yusuf: 40).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd!

Hukum, aturan dan Undang-Undang buatan manusia jelas jauh dari sempurna. Karena banyak manusia dan para penguasa yang tidak menjadikan Islam sebagai Sandaran, Undang-Undang, Hukum, Way of Life dan Minhajul Hayah untuk menata kehidupan ini, termasuk dalam bernegara dan bermasyarakat, maka kehidupan berjalan timpang, banyak kerusakan di sana-sini.

Undang-Undang  dan paham buatan manusia (komunisme, kapitalisme, liberalisme, sekularisme, dan sebagainya) terbukti gagal total dalam menghadirkan kehidupan yang beradab, yang  sesuai dengan fitrah manusia.

Dekadensi moral, bobroknya akhlak manusia, klenik, mistik, perilaku syirik, korupsi yang merajalela, pemimpin yang tidak amanah, tidak jujur, tidak tegas, dan sebagainya, itu terjadi lantaran Islam tak hadir ke tengah-tengah kita.

Islam ditolak sebagai way of life. Seakan tempat Islam hanya di masjid, pesantren, majelis taklim, lembaga pendidikan Islam, dan lainnya. Tetapi Islam tak ada di bursa efek, mall, pasar, pusat-pusat pemerintahan, istana, sidang kabinet, dan sebagainya. Pantas saja kehidupan menjadi kacau.

Baca Juga

Disadari atau tidak, sesungguhnya yang terjadi kita sendiri telah melakukan praktik sekularisme dengan menyebut istilah-istilah rancu, misalnya istilah pendidikan umum yang dipisahkan dengan pendidikan agama dan dipraktikkan dalam mengelola pendidikan. Mengapa kita membedakan atau memisahkan sebutan pendidikan umum dan pendidikan agama?

Islam itu universal. Jelas Islam berbeda dengan ajaran dan paham lain. Pengertian agama (religion) jauh berbeda dengan yang dimaksud ad-Din. Bagi orang Indonesia umumnya, misalnya, konotasi agama itu di masjid, pesantren, majelis taklim, sekolah-sekolah agama, gereja, vihara, kuil, kelenteng, dan lainnya. Tekanannya hanya pada aspek spiritual. Makanya, wajar saja, pemahaman Kristiani, misalnya, memisahkan antara gereja dengan istana, antara pendeta dengan raja. Begitu pula ajaran Hindu, Budha, Konghucu, dan sebagainya.

Islam tak demikian. Islam adalah ajaran yang lengkap, sempurna, memadukan aspek lahiriah dan batiniah, memadukan kehidupan dunia dan akhirat. Hidup di dunia yang sementara adalah dalam rangka menuju kehidupan akhirat yang kekal. Karenanya, dalam rangka kehidupan akhirat itulah, maka Islam mengatur kita hidup di dunia ini supaya senantiasa berorientasi kepada Allah, menjalankan Hukum dan Aturan yang dbuat oleh Allah, supaya kita selamat di akhirat kelak.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd!

Maka, adalah tugas dan tanggung jawab kita, umat Islam, khususnya para dai, untuk meluruskan kekeliruan ini. Adalah tugas kita untuk mendakwahkan Islam sebagai ad-Din yang sesungguhnya. Adalah kewajiban kita untuk menghadirkan Islam sebagai sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan seraya menyingkirkan jauh-jauh paham dan sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT.

Katakan kepada para penguasa tiran dan zalim itu, agar mereka memakai Jalan Islam. Katakan kepada para penguasa Muslim yang tidak berhukum dengan hukum Allah supaya mereka kembali kepada Jalan Islam agar selamat di dunia dan akhirat. Katakan kepada para penguasa kafir, agar mereka masuk ke dalam sistem Islam dan berhenti memusuhi Islam dan kaum Muslimin.

Untuk itu, marilah gelorakan dakwah dan jihad untuk meretas jalan ini. Berdakwah dan berjihadlah kepada segenap umat manusia, termasuk kepada para penguasa di sekitar kita, dengan beragam cara yang benar sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu hadits shahihnya menyatakan, “Seutama-utama jihad adalah menyatakan perkataan yang benar terhadap penguasa zalim.”

Jika mendengar kata Jihad, tak sedikit orang yang mencibir, termasuk di kalangan Islam sendiri. Seakan Jihad adalah sesuatu yang negatif. Imej ini memang sengaja dibuat oleh kaum kuffar untuk menjauhkan umat Islam dari Jihad. Musuh-musuh Islam itu tahu, dengan gelora Jihad, umat Islam akan tampil dan menjadi unggul.

Karenanya, musuh-musuh Allah berusaha mengaburkan makna jihad. Salah satunya ketemu-lah mereka dengan “hadits” yang melemahkan umat Islam untuk berjihad dalam arti sesungguhnya. Di bulan Ramadhan dan saat Idul Fitri, biasanya para dai, mubaligh dan para khatib, mengangkat apa yang mereka sebut sebagai “hadits” yang berbunyi, “…Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar,… yaitu jihad melawan hawa nafsu.”

“Hadits” ini sangat popular, menceritakan tentang pernyataan Rasulullah setelah perang badar usai. Kata Rasulullah dalam “hadits” itu, kita kembali dari jihad (peperangan) kecil menuju jihad besar. Para sahabat, ceritanya, heran, perang yang baru saja mereka lakukan, begitu besar, disebut kecil. Jihad apa itu? Kata Rasulullah, “Jihad melawan hawa nafsu.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan, “Hadits ini sangat masyhur dan banyak beredar, padahal itu hanyalah perkataan Ibrahim bin Abu Ablah (seorang Tabi’in dari Syam)  (ad-Durar, hlm 170—As-Suyuthi).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmuu’ Fataawaa (XI/197) menjelaskan, “Hadits ini tidak ada asalnya, tidak ada seorang ahli hadits pun yang meriwayatkannya, dan jihad melawan orang kafir adalah amalan ketaatan yang paling utama.”

Matan hadits ini juga bertolak belakang dengan banyak ayat dalam Qur’an dan hadits yang memerintahkan untuk berjihad. Bagaimana mungkin jihad melawan orang kafir dan penguasa zalim yang merupakan amalan yang sangat utama dalam Islam disebut sebagai jihad kecil?

Sesungguhnya masih banyak hadits palsu tapi popular di tengah masyarakat. Namun di sini yang diungkap hanya dalam konteks tentang Jihad. Yang penting sekarang, umat Islam jangan sampai salah dalam memahami Islam, khususnya makna Jihad yang berusaha terus untuk disimpangkan dan disalah-artikan oleh kaum anti Islam.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd!

Kaum Muslimin yang Berbahagia…

Akhirnya, mari kita berdakwah dan berjihad untuk menghadirkan Islam secara utuh ke dalam pribadi kita, keluarga, masyarakat dan dunia. Mari kita berdakwah dan berjihad untuk mengembalikan kejayaan Islam. Mari kita berdakwah dan berjihad untuk mengetuk hati dan pikiran para penguasa agar bertahkim kepada hukum Allah dalam menjalankan roda kekuasaannya.

Gelorakan jihad pada pribadi, keluarga, lingkungan, masyarakat dan Negara. Jihad, dalam arti kesungguhan di Jalan Allah, keseriusan menegakkan ajaran-Nya—meskipun nyawa taruhannya.

“Maka janganlah engkau taati (kemauan) orang-orang kafir itu, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan (semangat) jihad yang besar,” (QS Al-Furqaan: 52).

Yaa Rabb Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ya Allah, hadirkanlah izzah Islam di tengah kami, dan tinggikanlah derajat kaum Muslimin. Hapuskan segala bentuk kekufuran dan enyahkan segala bentuk kejahatan. Tegakkan panji-panji kebesaran-Mu hingga akhir nanti, dengan Rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih.

Ya Allah, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.

Ya Allah, tolonglah dan selamatkan saudara-saudara Muslim kami di Palestina, Myanmar, Suriah, Irak, Afghanistan, Sudan, Somalia, Yaman, dan di mana pun mereka berada. Kuatkanlah mereka, dan limpahkanlah mereka kemenangan atas musuh-musuh-Mu.

Dan, kembalikanlah bangsa kami kepada fitrah-Mu, jadikanlah negeri ini menjadi negara yang bertahkim kepada-Mu. Jadikanlah negeri ini menjadi Daarussalaam, negeri yang damai, selamat, di bawah sistem dan manhaj Islam!

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah  kami dari siksa neraka.

Mahasuci Engkau dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul. Dan segala puji hanya milik Engkau, Allah, Rabb Penguasa alam semesta.

 (Ibnu Salam Al-Banjari)  وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Baca Juga