Krisis Yaman: 20 Juta Penduduk Kesulitan Peroleh Bantuan Akibat Blokade

Abdulaziz al-Husseinya (9 tahun) mengalami gizi buruk, nampak terkulai lemah di rumah sakit Al-Thawra, Hodeidah. (Foto: Iona Craig/the Guardian)

SALAM-ONLINE: Di atas kasur, terkulai lemah tubuh Abdulaziz al-Husseinya, bocah berusia sembilan tahun yang menderita malnutrisi akut. Bobot beratnya tidak melebihi satu kilogram—seakan yang tersisa pada dirinya hanya tulang dan sedikit harapan untuk bertahan hidup yang ditopang peralatan medis dan cairan infus.

Abdulaziz merupakan satu dari ratusan ribu anak-anak di Yaman yang menjadi korban konflik yang berlangsung di negara itu sejak 2011 lalu. Sebanyak tujuh juta orang menderita kelaparan akibat sulitnya akses bantuan internasional menjangkau wilayah-wilayah yang terisolasi. Penderitaan warga Yaman pun diperparah dengan ancaman wabah kolera yang disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai yang terparah sepanjang sejarah.

Rumah sakit (RS) Al-Thawra, tempat Abdulaziz dirawat, seperti dilansir The Guardian, Senin (13/11/2017) tak henti-hentinya menerima kedatangan pasien yang berasal dari lima provinsi yang berbeda. Namun, konflik yang terus berlangsung antara koalisi pimpinan Arab Saudi dengan kelompok pemberontak Syiah Houthi membuat distribusi obat-obatan dan bantuan vital lainnya sulit menjangkau rumah sakit.

Hanya ada sekitar kurang dari 45 persen rumah sakit yang masih beroperasi di Yaman. Sementara, sebagian besar rumah sakit beserta fasilitasnya tidak berfungsi disebabkan tidak tersedianya dana operasional atau hancur terkena serangan bom dari pihak-pihak yang terlibat konflik.

Sebagai dampak dari kekacauan tersebut, pasien dari sedikit RS yang masih beroperasi di Yaman membludak. Saat ini, RS Al-Thawr harus mengobati sekitar 2.500 pasien per hari. Jumlah itu meningkat drastis dari angka di tahun 2015, di mana RS yang terletak di kota Hodeidah itu hanya mengurus sekitar 700 pasien per harinya.

Di bagian selatan provinisi Lahij, wilayah yang kini berada dalam kontrol pasukan koalisi Saudi, ditemukan pula banyak anak-anak yang terlantar dengan sisa napasnya yang tersengal-sengal. Pemandangan semacam ini banyak pula ditemukan di ibu kota Sana’a, dan di jantung konflik, tepatnya kota Taiz.

Baca Juga

Badan kemanusiaan yang bertugas di lapangan telah memperingatkan bahwa Yaman saat ini tengah menghadapi bencana krisis kemanusiaan yang apabila tidak segera diatasi akan memburuk. Koalisi pimpinan Saudi pun diminta untuk segera menghentikan blokade laut, darat dan udaranya agar akses bantuan dapat masuk dan menjangkau wilayah-wilayah yang terpapar bencana kelaparan.

Selama beberapa pekan terakhir, PBB tidak dapat mengirimkan bantuannya disebabkan jadwal penerbangan ke lokasi bencana kemanusiaan terus digagalkan. Begitu pula dengan misi kemanusiaan yang ditempuh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Dokter Tanpa Batas (MSF), masing-masing dicegah untuk mendaratkan bantuan vital ke Yaman.

Sulitnya akses pendistribusian bantuan ini tengah menjadi perhatian luas dunia internasional. Blokade yang diberlakukan di sejumlah wilayah ini menghambat pendistribusian bantuan yang dibutuhkan 20 juta warga Yaman—sekitar 70 persen dari total populasi.

Tekanan internasional ini membuahkan hasil. Pelabuhan utama yang terletak di Aden dan Mukalla pada pekan lalu kembali dibuka untuk lalu lintas komersil serta pendistribusian suplai makanan. Akses darat dari Oman dan Arab Saudi pun dibuka dengan tujuan yang sama. Meskipun demikian, pada Ahad lalu relawan-relawan dari lembaga kemanusiaan tersebut berusaha memasuki Yaman. Namun mereka mengalami kendala untuk memasuki wilayah konflik. (al-Fath/Salam-Online)

Sumber: The Guardian

Baca Juga